SISTEM
PENGOLAHAN IKAN
A. Pengertian
Pembekuan
Pembekuan merupakan suatu cara pengawetan bahan pangan
dengan cara membekukan bahan pada suhu di bawah titik beku pangan tersebut.
Dengan membekunya sebagian kandungan air bahan atau dengan terbentuknya es
(ketersediaan air menurun), maka kegiatan enzim dan jasad renik dapat dihambat
atau dihentikan sehingga dapat mempertahankan mutu bahan pangan. Mutu hasil
pembekuan masih mendekati buah segar walaupun tidak dapat dibandingkan dengan
mutu hasil pendinginan.
Pembekuan dapat mempertahankan rasa dan nilai gizi bahan
pangan yang lebih baik daripada metoda lain, karena pengawetan dengan suhu
rendah (pembekuan) dapat menghambat aktivitas mikroba mencegah terjadinya
reaksireaksi kimia dan aktivitas enzim yang dapat merusak kandungan gizi bahan
pangan.Walaupun pembekuan dapat mereduksi jumlah mikroba yang sangat nyata
tetapi tidak dapat mensterilkan makanan dari mikroba (Shawyer, 2003)
Menurut
Tambunan (1999), pembekuan berarti pemindahan panas dari bahan yang disertai
dengan perubahan fase dari cair ke padat, dan merupakan salah satu proses
pengawetan yang umum dilakukan untuk penanganan bahan pangan. Pada proses
pembekuan, penurunan suhu akan menurunkan aktifitas mikroorganisma dan sistem
enzim, sehingga mencegah kerusakan bahan pangan. Selain itu, kristalisasi air
akibat pembekuan akan mengurangi kadar air bahan dalam fase cair di dalam bahan
pangan tersebut sehingga menghambat pertumbuhan mikroba atau aktivitas sekunder
enzim.
Proses pembekuan terjadi secara bertahap dari permukaan
sampai pusat bahan. Pada pemukaan bahan, pembekuan berlangsung cepat sedangkan
pada bagian yang lebih dalam, proses pembekuan berlangsung lambat (Brennan,
1981).
Pada awal proses pembekuan, terjadi fase precoolingdimana
suhu bahan diturunkan dari suhu awal ke suhu titik beku. Pada tahap ini semua
kandungan air bahan berada pada keadaan cair (Holdworth, 1968). Setelah tahap precooling terjadi
tahap perubahan fase, pada tahap ini terjadi pembentukan kristal es (Heldman
dan Singh,1981).
B. Proses
Pembekuan Ikan
Ikan sebagian besar terdiri dari air yaitu sekitar 80%.
Selama proses pembekuan bagian terbesar (air) itu berubah dari fase cair
menjadi fase padat atau es. Proses pembekuan berarti pengenyahan panas dari
ikan agar suhu ikan menurun melalui 00C dan terus menurun melalui -200C, -300C
dan boleh sampai -400C atau -500C (Moeljanto, 1982).
Sedangkan menurut Adawyah (2007) menyatakan bahwa tubuh
ikan mengandung air sekitar 60%-80% yang terdiri atas cairan yang terdapat di
dalam sel, jaringan, dan ruangan-ruangan antar sel. Cairan itu berupa larutan
koloid encer yang mengandung berbagai macam garam (terutama kalium fosfat
dasar) dan protein. Sebagian besar dari cairan itu (±67%) berupa free
water dan selebihnya (±5%) berupa bound water. Bound watermerupaka
air yang terikat kuat secara kimia dengan substansi lain dari tubuh ikan. Ikan
mulai membeku pada suhu antara -0,60C sampai -20C, atau rata-rata pada -10C.
Yang mula-mula membeku adalah free water, disusul oleh bound
water. Pembekuan dimulai dari bagian luar dan bagian tengah membeku paling
akhir.Tapi sangat sulit sekali membekukan keseluruhan cairan yang terdapat pada
ikan, karena air terikat (bound water) sangat sulit dibekukan dan
memiliki titik beku yang sangat rendah, serta sulit tercapai dalam kondisi
komersial.Pada umumnya, jika pembekuan sudah mencapai -120C hingga -300C
dianggap telah cukup.
Ditambahkan pula oleh Murniyati dan Sunarman (2000) yang
menyatakan bahwa berbeda dengan ikan segar, ikan beku sangat getas (mudah
pecah), dan oleh sebab itu ikan beku harus ditangani dengan hati-hati.
C. Metode
Pembekuan
1. Metode
yang umum digunakan adalah :
a) Penggunaan udara
dingin yang ditiupkan atau gas lain dengan suhu rendah kontak langsung dengan
makanan, misalnya dengan alat-alat pembeku tiup (blast), terowongan (tunnel),
bangku fluidisasi (fluidised bed), spiral, tali (belt) dan
lain-lain.
b) Kontak langsung
misalnya alat pembeku lempeng (plate freezer), di mana makanan atau
cairan yang telah dikemas kontak dengan permukaan logam (lempengan, silindris)
yang telah didinginkan dengan mensirkulasi cairan pendingin (alat pembeku
berlempeng banyak).
c) Perendaman langsung
makanan ke dalam cairan pendingin, atau menyemprotkan cairan pendingin di atas
makanannya (misalnya nitrogen cair dan freon, larutan gula atau garam).
2. Metoda
pembekuan yang dipilih untuk setiap produk tergantung pada :
a) Mutu produk dan
tingkat pembekuan yang didinginkan .
b) Tipe dan bentuk
produk , pengemasan , dan lain-lain.
c) Fleksibilitas yang
dibutuhkan dalam operasi pembekuan.
d) Biaya pembekuan untuk
teknik alternatif.
Nitrogen cair (titik didih –196oC) dan bahan
pendingin bersuhu rendah lainnya telah menjadi sangat penting
akhir-akhir ini sehubungan dengan perannya dalam pembekuan makanan
secara cepat (rapid freezing), di mana teknik pembekuan lainnya
menghasilkan mutu yang rendah pada produk akhir.Perendaman langsung ke
dalam cairan nitrogen telah diganti dengan system penyemprotan langsung pada makanan
yang telah didinginkan terlebih dahulu oleh uap nitrogen yang bergerak berlawanan
dengan aliran makanan dalam terowongan berisulator yang lurus atauberbentuk
spiral.Walaupun biaya operasi dengan menggunakan nitrogen cair ini lebih
tinggi. Cara ini mengurangi oksidasi permukaan makanan yang tidak dikemas dan
hilangnya air dari bahan pangan tersebut, dan keluwesan cara ini memungkinkan
pembekuan untuk berbagai jenis bahan pangan.
D. Penyebab
dan Proses Penurunan Mutu Produk perikanan
Secara umum ikan diperdagangkan dalam keadaan sudah mati
dan seringkali dalam keadaan masih hidup.Pada kondisi hidup tentu saja ikan
dapat diperdagangkan dalam jangka waktu yang lama. Sebaliknya dalam kondisi
mati ikan akan segera mengalami kemunduran mutu.
Segera setelah ikan mati, maka akan terjadi
perubahan-perubahan yang mengarah kepada terjadinya pembusukan.
Perubahan-perubahan tersebut terutama disebabkan adanya aktivitas enzim,
kimiawi dan bakteri.
Enzim yang terkandung dalam tubuh ikan akan merombak
bagian-bagian tubuh ikan dan mengakibatkan perubahan rasa (flavor), bau (odor),
rupa (appearance) dan tekstur (texture). Aktivitas kimiawi adalah terjadinya
oksidasi lemak daging oleh oksigen.Oksigen yang terkandung dalam udara
mengoksida lemak daging ikan dan menimbulkan bau tengik (rancid).
Perubahan yang diakibatkan oleh bakteri dipicu oleh
terjadinya kerusakan komponen-komponen dalam tubuh ikan oleh aktivitas enzim
dan aktivitas kimia.Aktivitas kimia menghasilkan komponen yang yang lebih
sederhana.Kondisi ini lebih disukai bakteri sehingga memicu pertumbuhan bakteri
pada tubuh ikan.
Dalam kenyataannya proses kemunduran mutu berlangsung
sangat kompleks. Satu dengan lainnya saling kait mengait, dan bekerja secara
simultan.Untuk mencegah terjadinya kerusakan secara cepat, maka harus selalu
dihindarkan terjadinya ketiga aktivitas secara bersamaan.
Kemunduran mutu ikan sebetulnya merupakan faktor
alami.Pembusukan terjadi karena pengaruh enzimatis dan bakteri. Enzim pada ikan
hidup akan berfungsi sebagai katalisator proses biokimia pada metabolisme.
Namun pada ikan mati, enzim akan memecah protein dan lemak yang biasa disebut
proses autolysis, menyebutkan daging ikan lunak.
Pada ikan mati, bakteri akan meningkat dan akhirnya akan
makan media yang ada dari hasil proses autolysis. Yang menyebabkan bau busuk
karena adanya unsur C02, H2S, Amoniak, Indol dan unsur lainnya.
Segera setelah dipanen atau ditangkap, bahan pangan akan
mengalami serangkaian proses perombakan yang mengarah ke penurunan mutu. Proses
perombakan yang terjadi pada ikan dan ternak dapat dibagi menjadi tiga tahap,
yaitu tahap pre rigor, rigor dan post rigor mortis. Pre rigor adalah tahap
dimana mutu dan kesegaran bahan pangan sama seperti ketika masih hidup.
Rigor mortis adalah tahap dimana bahan pangan memiliki
kesegaran dan mutu seperti ketika masih hidup, namun kondisi tubuhnya secara
bertahap menjadi kaku.Pada bahan hewani, seperti ikan dan ternak, perubahan
bahan pangan dari kondisi elastis menjadi kaku terlihat nyata dibandingkan
bahan pertanian. Hingga tahap rigor mortis, ikan dan ternak dapat dikatakan
masih segar. Namun memasuki tahap post rigor mortis, proses pembusukan daging
ikan telah dimulai.
Ada tiga faktor yang mempengaruhi penurunan mutu bahan pangan,
yaitu kerusakan fisik, kimia, dan biologis,
1.
Kerusakan Fisik
Kerusakan fisik yang dialami bahan pangan dapat
disebabkan oleh perlakuan fisik, seperti terbanting, tergencet, atau
terluka.Perlakuan tersebut dapat menyebabkan terjadinya memar, luka, dan adanya
benda asing.
2. Kerusakan Kimiawi
Penurunan kandungan senyawa kimia pada bahan pangan dapat
terjadi selama proses pencucian dan pemanasan. Selama berlangsung proses
pencucian bahan pangan, banyak komponen senyawa kimia yang akan larut, seperti
beberapa protein, vitamin B dan C, dan mineral.
3. Kerusakan
Biologis
Kerusakan biologis pada bahan pangan dapat disebabkan
oleh aktivitas mikroba patogen dan pembusuk, baik berupa bakteri, virus, jamur,
kamir ataupun protozoa.
E.
ALAT
PEMBEKU IKAN
COLD STORAGE
Menurut Sundoro (2013), Ikan yang telah dibekukan perlu
disimpan dalam kondisi yang sesuai untuk mempertahankan kualitasnya. Biasanya
ikan beku disimpan dalam cold storage, yaitu sebuah ruangan penyimpanan yang
dingin.Penyimpanan ini merupakan tahap yang pokok dari cara pengawetan dan
pembekuan. Suhu yang biasanya direkomendasikan untuk cold storage umumnya -300C
hingga -600 C, tergantung pada kebutuhan.Pada suhu ini perubahan dan denaturasi
protein dapat diminimalisasikan, selain itu aktivitas bakteri juga
berkurang.walaupun penurunan mutu tetap terjadi tetapi bisa diminimalisasikan.
Selain
perubahan mikrobiologi dan kimia, selama penyimpanan beku terjadi perubahan
secara fisik yaitu pada kristal-kristal es baik bentuk maupun ukuran.Perubahan
ini sering disebut Rekristalisasi (Recristallisation). Terdapat 3 jenis
rekristalisasi yang terjadi pada produk pembekuan selama penyimpanan beku
yaitu:
1. Isomass Recristallisation
Terjadi perubahan bentuk permukaan atau struktur internal
dari kristal es.
2. Accretive Recristallisation
Dua kristal es yang berdekatan bergabung membentuk
kristal es yang lebih besar.
3. Migratory Recristallisation
Terjadinya kenaikan ukuran rata-rata kristal es dan
berkurangnya jumlah rata-rata kristal es karena terbentuknya kristal-kristal es
yang lebih besar dari kristal-kristal es yang lebih kecil. Cold storage dapat
mempertahankan mutu ikan selama 1-9 bulan, tergantung pada keadaan danjenis
ikan, cara pembekuan dan cara/kondisi penyimpanannya. Dengan teknik penanganan
yang ideal , ikan dapat disimpan lebih dari 4 tahun dalam cold storage.
Desain yang benar dan penggunaan yang benar dari cold
storage dapat meminimalisasikan kerusakan selama penyimpanan dan memperpanjang
masa simpan produk. Faktor design yang paling penting adalah:
• Suhu rendah
• Keseragaman suhu dalam seluruh ruangan cold storage
• Kestabilan suhu dengan fluktuasi yang minimal
• Distribusi udara yang baik untuk mempertahankan
keseragaman suhu
• Sirkulasi udara minimum untuk mencegah dehidrasi
• Minimum ingress udara untuk meminimalkan fluktuasi
Suhu cold storage dikendalikan dengan termostat, alat ini
menghentikan pendinginan jika suhu cold storage telah mencapai derajat
tertentu, dan menjalankannya kemali jika suhu naik kempali sampai derajat
tertentu pula.Selisih antara kedua suhu tersebut biasanya tidak lebih dari 20C.
Tipe –tipe cold storage:
1.
Jacketed cold storage ( cold storage berjaket)
Tipe ini merupakan ruang penyimpanan yang ideal, tetapi
konstruksinya sangat mahal. Ruang dalam terisolasi total dari jaket udara.
Karena itu lapisan dalam harus dibuat dari bahan yang tidak dapat ditembus
udara.Sambungan-sambungannya harus dibuat kedap udara.Sistem cold storage ini
menjamin bahwa perbedaan suhu didalam ruang penyimpan cukup kecil.Hal ini
dicapai karena aliran dari udara dingin mengelilingi bagian luar dari ruangan
dalam storage.Selain itu, karena pemasukan panas sangat kecil, RH yang tinggi
dapat dipertahankan. Dengan demikian , dehidrasi produk sangat terbatas.Tipe
ini tidak memerlukan kipas didalam ruang penyimpan. Hal ini merupakan faktor
lain yang mendukung dihasilkannya produk yang baik. Tipe ini tidak banyak
dipakai karena kemahalannya dan karena tidak cocok jika beban panas dari produk
cukup tinggi.
2.
Gridded cold storage(cold storage dengan pipa pendingin polos)
Pada tipe ini, pipa pendingin polos dirangkai menutupi
seluruh langit-langit dan di dinding ruangan cold storage.Tipe ini juga
menghasilkan kondisi penyimpanan yang baik karena suhu dalam ruangan cukup
merata tanpa disirkulasikan dengan kipas.Panas yang masuk melalui dinding
segera dikeluarkan tanpa mengganggu produk yang disimpan.Kecepatan pemindahan
panas kepipa hanya sedikit berkurang jika pipa tertutup es sihingga defrost
tidak perlu sering dilakukan. Cold storage jenis ini dapat bekerja
berbulan-bulan tanpa defrosting.
Kelemahan atau kerugian
utama dari tipe ini adalah:
1.
Ada banyak saluran-saluran pipa yang komplex
2.
Memerlukan bahan refrigeran dalam jumlah yang banyak
3.
Struktur cold storage harus kuat untuk menahan pipa-pipa dan refrigeran.
4.
Memerlukan bejana penampung regfrigeran jika cooler perlu dikosongkan untuk
diperbaiki
3. Finned grid stores (cold
storage dengan pipa bersirip)
Tipe ini mirip dengan gridded cold storage tapi pipa yang
digunakan adalah pipa bersirip.Dengan pipa bersirip ini jika dirangkai
dilangit-langit saja sudah mencukupi, tanpa memerlukan rangkaian pipa
didinding. Dengan demikian biaya dapat dikurangi, akan tetapi kelemahannya
adalah pipa tidak menutupi dinding sehingga kondisi penyimpanannya tidak sebaik
cold storage dengan pipa polos. Pipa bersirip lebih sulit di-dfrost dan defrost
perlu dilakukan sesering mungkin.
4. Cold storage dengan Unit
cooler
Tipe ini paling banyak digunakan karena paling murah
pemasangannya; hanya sedikit memerlukan bahan pendingin; mudah di-defrost dan
tidak memerlukan struktur penyangga yang berat.Kelemahannya adalah beberapa
rancangan tidak memungkinkan distribusi udara yang merata di dalam cold storage
sehingga menyebabkan kondisi penyimpanan yang buruk.
Menurut Kaya (2013), alat yang digunakan untuk membekukan
ikan disebut freezer. Freezer atau alat pendingin umumnya bekerja dengan cara
menyerap panas dari produk yang didinginkan, dan memindahkan panas itu ketempat
lain dengan perantaraan bahan pendingin(refrigerant), misalnya amoniak dan
freon. Jika bahan pendingin dimasukkan dalam suatu ruangan tertutup yang diatur
titik didihnya (dengan menurunkan tekanannya), ia akan menguap sambil menyerap
panas dari ruangan tersebut, sehingga ruangan itu menjadi dingin. Didalam
freezer proses pendinginan itu dikendalikan dengan peralatan-peralatan mekanis
sehingga pendinginan berjalan dengan efektif dan efisien. Bahan pendingin cair
dari tangki dari tangki penampung dimasukkan ke dalam evaporator melalui katup
ekspansi.
Berdasarkan alat yang dipakai, cara pembekuan dibagi
menjadi lima golongan, yaitu:
1.
Sharp freezer
Cara
pembekuannya yaitu dengan meletakkan ikan di atas rak yang terbuat dari
pipa-pipa dingin.
2.
Multi-plate freezer ( contact-plate freezer)
Cara pembekuannya yaitu dengan menjepitkan
ikan diantara pelat-pelat dingin.
3.
Air-blast freezer
Cara pembekuannya yaitu dengan meniupkan
udara dingin secara kontinu kea rah ikan.
4.
Immersion freezer
Cara pembekuannya yaitu dengan mencelupkan
ikan ke dalam cairan dingin.
5.
Spray freezer
Cara pembekuannya yaitu dengan menyemprot
ikan dengan cairan dingin.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembekuan merupakan suatu cara pengawetan bahan pangan
dengan cara membekukan bahan pada suhu di bawah titik beku pangan tersebut.
Dengan membekunya sebagian kandungan air bahan atau dengan terbentuknya es
(ketersediaan air menurun), maka kegiatan enzim dan jasad renik dapat dihambat
atau dihentikan sehingga dapat mempertahankan mutu bahan pangan. Mutu hasil
pembekuan masih mendekati buah segar walaupun tidak dapat dibandingkan dengan mutu
hasil pendinginan.
Ikan sebagian besar terdiri dari air yaitu sekitar 80%.
Selama proses pembekuan bagian terbesar (air) itu berubah dari fase cair
menjadi fase padat atau es.
Ada tiga faktor yang mempengaruhi penurunan mutu bahan
pangan, yaitu kerusakan fisik, kimia, dan biologis
1. Kerusakan
Fisik
Kerusakan fisik yang dialami bahan pangan dapat
disebabkan oleh perlakuan fisik, seperti terbanting, tergencet, atau
terluka.Perlakuan tersebut dapat menyebabkan terjadinya memar, luka, dan adanya
benda asing.
2. Kerusakan
Kimiawi
Penurunan kandungan senyawa kimia pada bahan pangan dapat
terjadi selama proses pencucian dan pemanasan. Selama berlangsung proses
pencucian bahan pangan, banyak komponen senyawa kimia yang akan larut, seperti
beberapa protein, vitamin B dan C, dan mineral.
3. Kerusakan
Biologis
Kerusakan biologis pada bahan pangan dapat disebabkan
oleh aktivitas mikroba patogen dan pembusuk, baik berupa bakteri, virus, jamur,
kamir ataupun protozoa.
1. Metode
yang umum digunakan adalah :
a) Penggunaan udara
dingin yang ditiupkan atau gas lain dengan suhu rendah kontak langsung dengan
makanan, misalnya dengan alat-alat pembeku tiup (blast), terowongan (tunnel),
bangku fluidisasi (fluidised bed), spiral, tali (belt) dan
lain-lain.
b) Kontak langsung
misalnya alat pembeku lempeng (plate freezer), di mana makanan atau
cairan yang telah dikemas kontak dengan permukaan logam (lempengan, silindris)
yang telah didinginkan dengan mensirkulasi cairan pendingin (alat pembeku
berlempeng banyak).
c) Perendaman langsung
makanan ke dalam cairan pendingin, atau menyemprotkan cairan pendingin di atas
makanannya (misalnya nitrogen cair dan freon, larutan gula atau garam).
2. Metoda
pembekuan yang dipilih untuk setiap produk tergantung pada :
a) Mutu produk dan
tingkat pembekuan yang didinginkan .
b) Tipe dan bentuk
produk , pengemasan , dan lain-lain.
c) Fleksibilitas yang
dibutuhkan dalam operasi pembekuan.
d) Biaya pembekuan untuk teknik
alternatif.
Berdasarkan alat yang dipakai, cara pembekuan dibagi
menjadi lima golongan, yaitu:
1.
Sharp freezer
Cara
pembekuannya yaitu dengan meletakkan ikan di atas rak yang terbuat dari
pipa-pipa dingin.
2.
Multi-plate freezer ( contact-plate freezer)
Cara pembekuannya yaitu dengan menjepitkan
ikan diantara pelat-pelat dingin.
3.
Air-blast freezer
Cara pembekuannya yaitu dengan meniupkan
udara dingin secara kontinu kea rah ikan.
4.
Immersion freezer
Cara pembekuannya yaitu dengan mencelupkan
ikan ke dalam cairan dingin.
5.
Spray freezer
Cara pembekuannya yaitu dengan menyemprot
ikan dengan cairan dingin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar